Author : Ahn Seoyang
Cast :
- Lee Hyuk Jae
- Kim Ryeo Mi (OC)
- Lee Dong Hae
Genre : tentuin aja sendiri. Aku juga bingung genrenya apa.
Hehe >,<
Rating : PG +17
~~~~
Annyeonghaseyo chingudeul.. Ini ff one shoot
pertamaku. Fanfict ini terinspirasi dari salah satu ff yang w suka *rahasia* :)
. Ya walaupun dari kalian semua bakal kaget ngebacanya. Haha.. Oh ya.. Untuk
para readers. Jeongmal mianhae ya kalo jelek dan g bermutu *mudah-mudah g dan
jangan sampe terjadi* mian juga kalo ceritanya agak sedikit ngawur dan g
nyambung. Kalo dari kalian g ada yang suka sama ff ini, saya selaku author ga
memaksa kalian untuk wajib membacanya.
~~~~
*** HAPPY READING :)
***
'Setan-setan
yang menyebalkan, menjauh dariku!'
Aku menutup pintu kamarku dengan sangat pelan.
Berderap turun dari tangga rumah ini. Sungguh aku ingin mati, mungkin jika ada
orang yang inign membunuhku dengan senang hati aku menerimanya. Jujur aku bosan
hidup dan tinggal bersama mereka. Kehidupanku ini seperti terkurung di jeruji
besi yang besar dan di awasi laki-laki berbadan tinggi besar dengan penjagaan
yang sangat ketat. Bermacam-macam aturan dan perintah keluar dari mulut mereka
tanpa berhenti membuat telingaku terasa panas. Kehidupan dan setiap nafas yang aku miliki tidak bergerak bebas, selalu diatur oleh mereka. Siapa yang mau
kehidupan pribadimu di atur oleh orang terdekatmu? Aku tahu mereka seperti itu
karena perduli padaku, tapi jika sudah sebesar ini apa mungkin di atur juga.
Tidak mungkin, hanya orang bodoh saja yang mau di perlakukan seperti itu.
Bawaanku tidak banyak tapi kenapa langkahku semakin
berat. Sebentar lagi aku mencapai pintu depan. Aish.. Kunci mobilku segala
terjatuh membuat suara yang di timbulkan terdengar nyaring. Aku harap tidak ada
yang bangun. Kuputar knop pintu dan..
"LEE HYUK JAE.. Kau mau kemana malam-malam
begini. Jangan katakan kau mau ke bar lagi!" suara yang terdengar berat
meneriaki namaku dari jauh. Aku pura-pura tidak mendengarnya dan keluar dari
rumah sambil membanting pintu rumahku dengan keras. Aku mengambil langkah
seribu untuk mencapai mobil sport merahku yang terpakir di halaman depan.
Aku mulai menghidupkan mesin mobil, menggasnya
beberapa kali lalu pergi meninggalkan rumah.
***
"Satu gelas lagi.." ujarku pada salah satu
pelayan laki-laki yang ada di sana. Diriku benar-benar tidak bisa di
kendalikan. Entahlah hanya tempat ini aku bisa meluapkan kemarahanku.
"Ini tuan.." suaranya berbeda. Apa pelayang
yang berada di depanku seorang yeoja. Tanpa sadar aku menarik tanganya, dengan
pandangan sedikit kabur, aku memaksanya untuk tidak jauh dariku. Dapat
kurasakan ia berusaha melepas genggamanku. Diriku sudah terpengaruh oleh
minuman ini, setan-setan yang berada di sekitarku memaksaku untuk mendekatinya.
Pelayang gadis itu kutarik dan badanku sedikit di condongkan kedepan lalu
kukecup bibirnya yang tipis. Kenapa diam? Kenapa tidak berontak?
Seketika mataku membulat saat bibirnya mulai meliar
di bibirku. Sial, sampai kapan aku akan terjebak dalam jebakan setan-setan ini.
Dengan cepat kuakhiri ciuman itu. Aku memegangi kepalaku yang sakit karena
terlalu banya meminum alkohol-alkohol itu. Aku mengusap mataku perlahan dan
menatap gadis yang kucium lima menit lalu. Ia memandangku dengan pandangan
seperti memintaku untuk menciumnya lagi. Aku mengibaskan tangan kananku tepat
dihadapanya. Sekilas wajahnya berubah kesal dan menatap tajam kearahku. Hah..
Aku tidak perduli setajam apa pun dia menatapku. Aku mengeluarkan isi dompetku
dan kuletakan di samping gelasku tadi. Dengan keadaanku yang masih setengah
mabuk mengajakku keluar dari bar ini.
Baru akan membuka pintu mobil, ponselku bergetar.
Tanpa melihat siapa yang meneleponku, aku langsung mengangkatnya.
"Nugu?"
"Kau dimana Hyuk?"
"Hah? Di bar. Nuguseoyo?"
"Donghae. Kau tunggu disitu, jangan
kemana-mana!"
Ah.. Aku tidak mau. Aku langsung mematikan ponselnya
dan mencabut batrainya lalu membuangnya. Aku tidak perduli kemana batrai itu
akan melayang.
TUKK
Aku mendengar dengan jelas seseorang meringis kesakitan
mungkin batrai ponsel yang kulempar tadi. Aku memutar badanku dengan malas.
Sekilas aku melihat seorang yeoja yang sedikit berantakan -maksudku seperti
orang yang habis frustasi- menghempiriku. Dia melempar benda segi empat yang
tipis -batrai- ke dadaku. Ia menatapku ganas, mungkin batrai itu mendarat keras
kepadanya.
"Heh, namja babo... Gara-gara batrai ponselmu
kepalaku sakit dan makanan yang kubawa jatuh semua. Sekarang aku minta ganti
ruginya!" bentaknya membuatku sedikit bergidik. Sekeras apa sih memangnya?
Aku memungut batraiku yang jatuh. Tanganku meraih
tangan kanan gadis itu dan meletakanya di telapak tanganya. "Ini ganti
ruginya.." ujarku sekenanya.
Sekali lagi ia melempar batrai itu dan menatapku
lebih ganas dari yang sebelumnya. "Dasar namja gila.."
Gadis ini terlihat cantik saat marah. Aku menarik
tanganya dan menghempaskan tubuh mungilnya ke badan mobilku, membuat
barang-barang yang ia bawa berjatuhan. Ia meringis kesakitan. Kali ini aku yang
menatap tajam matanya, mungkin menusuk ke bola matanya. Kami beradu pandang,
sepertinya setan berada di sekitarku lagi memaksaku untuk mendekatinya. Ia diam
tak bergeming saat kedua tanganku yang nakal menjalar ke lehernya lalu ke
dagunya. Aku mendekatkan wajahku padanya dan mencium bibirnya.
Ah sial, aku masuk lagi ke dalam perangkap
setan-setan ini. Kenapa aku tidak bisa melawan nafsuku terlebih lagi jika
keadaan di sekitarku sangat sepi. Malam-malam seperti ini jarang mungkin tidak
ada mobil atau pun orang yang berlalu lalang di jalan lebar ini. Aku merasa
setan-setan ini mengatur kerja otakku, sungguh aku tidak bisa melawanya.
Eh, kenapa dia tak memberiku perlawanan atau apa lah
untuk aku menjauh darinya. Apa dia takut karena mataku yang benar-benar menatap
tajam ke matanya. Ah kurasa tidak mungkin. Dia benar-benar pasrah saat aku
mencium bibirnya.
Jujur, saat ini hatiku terasa begitu riang. Ini
pertama kalinya aku merasa sebahagia ini berciuman dengan seorang gadis setelah
beribu gadis telah kucium karena setan-setan ini. Di pertengahan ciumanku, aku
menyunging senyuman kecil yang mungkin dapat di rasakan oleh bibirnya. Tanganya
melingkar di pinggangku dan kami pun menikmatinya.
Perasaan apa ini, sungguh kebahagianku tidak bisa di
ungkapkan dengan kata-kata. Semakin lama ciumanya semakin dalam. Aku merasa
gadis ini menarikku ke dalam dekapanya. Seketika nafasku tercekat saat tangan
kecilnya menjalar ke leherku.
Dia melepaskan dirinya dariku dan menatap mataku
dengan tatapan kosong. "Wae?" tanyaku lembut. Tanganku yang nakal memeluk
pinggangnya. Jarak antara diriku dan dengannya sangat tipis. Dapat kurasakan
nafasnya yang memburu.
Ia masih diam dan tidak membalas pertanyaanku. Kali
ini dia yang mencium bibirku tapi tidak lama. "Aku ingin pulang.."
ucapnya pelan. Aku menganggukk dan melepas pelukanku.
"Bagaimana kalau aku mengantarmu?" tawarku
sambil membuka pintu depan dan membiarkan dia masuk lebih dulu. Lalu aku
memungut barangnya yang tadi sempat jatuh karenaku. Setalah aku memasukan
barangnya ke bagasi, lalu berjalan ke pintu pengemudi. Aku masuk dan
menjalankan mobilku.
Akhirnya aku sampai di rumah gadis ini. Ternyata dari
tempatku berada tidak jauh untuk sampai ke rumah ini. Hanya berjarak satu
kilometer, lumayanlah untuk main sesekali. Ia turun dari mobilku beralih ke
bagasi belakangku dan berhenti di depan pagar rumahnya. Aku membuka jendelaku
dan tersenyum padanya. Ia pun membalas senyumanku. "Namamu siapa?"
tanyanya malu-malu.
"Hyukjae imnida. Namamu?" berbalik tanya
"Ryeomi imnida, bangapsheumnida"
"Lain kali aku main kerumahmu boleh,?"
"Boleh, tapi jika kau memencet bel ini dan tidak
ada yang membukakan pintu ini. Berarti aku sedang tidak di rumah. Aku ada kerja
kantoran," paparnya. Aku mengangguk kecil meniyakan kata-katanya.
Ia berjalan masuk ke halaman kecil di rumahnya,
sebelum ia masuk ke dalam rumah ia menatapku. Aku memberikan senyum termanisku
padanya. Dia sangat cantik. Aku menutup kaca mobil dan berjalan pelan
meninggalkan rumah itu.
Astaga.. Aku melupakan Donghae. Kuputar balikan
striku dan kembali kejalan tadi.
Dari kejauhan kulihat laki-laki tinggi tegak berdiri
di samping bar itu. Sebelah tanganya memainkan benda yang bagiku itu tidak
asing lagi di otakku.
PIIPP
PIIPP
Ia menoleh ke arah mobilku dan berjalan menghampiri
pintu pengemudi. Ia membuka pintunya dan memaksaku keluar dari mobil. Kini dia
yang mengemudi dan aku duduk disampingnya. Aku mendengus kesal sambil melipat
kedua tanganku di depan dada. Aku tidak bisa melawan laki-laki yang ada di
sampingku ini. Entah karena ia sahabat baikku atau karena aku adalah couple
sejatinya. Ah.. Aku tidak perduli.
***
Sinar matahari menusuk ke dalam bola mataku,
membuatku harus menyipitkan mata. Sebelah tanganku menghalangi sinar itu. Aku
menarik selimut tipisku hingga menutup seluruh tubuhku. Tapi sinar itu tetap
tembus melewati celah-celah selimut tipisku ini. Akhirnya aku menyerah dan
bangun, "Baiklah-baiklah aku bangun..."
Aku melangkah ke ruang tengah di apartemen ini. Kedua
mataku menangkap sesosok namja yang sangat aku kena berduaan dengan seorang
yeoja, ya.. Lumayan cantik. Aku sedikit berdeham, seketika mereka menoleh ke
arahku bersamaan. Ia menggaruk kepalanya, mungkin salah tingkah. "Wah..
Kau, memiliki gadis tanpa sepengetahuanku, Lee Dong Hae..!" ujarku sedikit
di ketuskan. Aku memang sedikit iri, tapi pikiran itu ku tepis jauh-jauh dari
hadapanku. Gadis itu tersenyum padaku, aku pun membalasnya.
"Maaf hyuk, aku baru berpacaran denganya. Jadi
aku selalu lupa untuk memberi tahumu," paparnya. Aku hanya memutar kedua
bola mataku, tidak perduli dengan penjelasanya. Aku menatap gadis di samping
Donghae yang masih tersenyum padaku. Dia terpesona olehku hingga
memperhatikanku seperti itu. Ah.. Percaya dirimu tinggi sekali tuan Lee.
Huh, daripada melihat gadis gila yang satu ini lebih
baik aku menghampiri gadis yang kutemui seminggu lalu, aku sangat
merindukannya. Sudah lama aku tak bertemu denganya, itu juga saat terakhir aku
melihatnya. Kini pikiranku mengajakku ke rumahnya. Setidaknya meredakan rinduku
padanya. Aku memutar balikan badanku dan berjalan meninggalkan mereka.
Langkahku berhenti tepat di depan pintu kamar mandi.
Aku merasa ada yang kurang. Apa ya? Tak perduli. Tanpa banyak berfikir aku
langsung masuk dan mulai mandi.
***
Tinggalku poles sedikit wajahku dan sedikit pengharum
badan supaya dia terpikat lagi denganku. Aku meraih jaket merah gelapku dan
keluar dari kamarku.
Baru aku membuka pintu, seseorang memanggil namaku.
Aku berputar dan melihat Donghae yang hanya memakai kaus singlet dengan rambut
yang berantakan. Ia tersenyum licik padaku, "Aku baru meninggalkanmu tiga
puluh menit yang lalu, kenapa penampilanmu seperti ini? Lalu gadismu
mana?"
Ia terkekeh pelan dan sekali lagi ia memberikaku
senyum licik. Sebenarnya apa maksud dari senyuman itu? Ia menugas bibirnya dan
berkata "Jangan pura-pura bodoh, kau ini lebih parah dariku. Di
ranjang,"
Seketika tenggorokanku terasa tercekat mendengar
jawaban Donghaeku. Aku mengusap peluhku dan kembali menatapnya, "Kau sakit
yah? Jika terjadi apa-apa kau mau tanggung jawab?" tanyaku sekali lagi
memastikan. Pikiran negatif menjalar di otakku. Aku mencubit kaus singletnya
dan menunjukan sebuah lipstik, bukan mungkin lebih tepat seperti bekas di cium.
Aku sedikit bergidik melihat tingkahnya dengan gadis barunya. Memang aku ini
lebih parah darinya tapi untuk yang seperti 'di ranjang' sungguh itu sangat
menjijikan. Aku belum terlalu suka dengan yang seperti itu.
Ini sudah yang ketiga kali Donghae tersenyum licik
padaku. Lalu aku mengibas tangan kananku di depan wajahnya dan membuka knop
pintu, "Heh, Hyuk.. Ini, aku mau memberimu batrai ponselmu. Saat itu ku
temukan dijalan, ya aku tahu aku telat memberikanya. Habisnya kau selalu
keluyuran entah kemana. Jadi ku simpan dan sekarang aku memberikanya," aku
kembali memutar badanku dan mengambil batraiku. Oh iya, waktu itu batraiku
kubuang dan terjatuh di tanah. Yaa, aku masih ingat kejadian itu dan kejadian
malam itu. Semua tersusun rapi di otakku.
Aku meneliti batrai ponsel ku yang satu ini. Ah
tidak.. DONGHAE!! Aku melihat ini lagi. Kuarahkan batrai ponselku ke depan
wajahnya. "Lipstik ini.. Ih, kalian melakukannya terlalu parah sampai ke
batrai ini juga. Donghae, Donghae..." ujarku yang setengah kesal. Aku
meraih tanganya dan kuletakan kembali batrai itu, "Ambil saja,"
Aku tak mengacuhkan ocehannya dan menutup pintu
apartemen ini. Aku berjalan santai melewati beberapa orang tanpa memperdulikan
mereka yang melihatku. Akhirnya masuk lift juga. Aku tidak sendirian melainkan
bersama tiga gadis cantik. Aku sedikit tergoda tapi pikiran itu kutepis
jauh-jauh. Aku merasa di perhatikan. Risih aku jadinya, kalau mau dekati.
Lift ini lama sekali turunya, membuat perasaanku
dongkol. Ah cepat lah sedikit.
TING
Aku keluar dari lift lebih dulu dan berlari kecil menuju basement, tempat ku memakirkan mobil.
***
Aku sudah sampai di depan rumahnya tapi kenapa rumah
seperti tidak menunjukan tanda-tanda kehidupan. Aku turun dan berjalan ke
pagar. Sudah lima kali aku memencet tombol ini, tapi tidak ada yang membukanya.
Dengan berat hati aku meninggalkan rumah itu dan pergi ke tempat yang agak
sepi. Kutancapkan gasku dan melaju kencang ke tempat yang aku maksud.
Aku berhenti di sebuah taman yang jarang di kunjungi
banyak orang karena tempatnya yang cukup jauh dari pusat kota. Aku turun dan
melangkan jauh dari mobilku. Aku mendaratkan pantatku di atas kursi panjang
yang sudah tua, bukan tidak layak pakai, memang kelihatanya seperti sudah lama
berada di sini. Diriku termenung tidak jelas disini. Hatiku yang mengajaku
kesini. Aku sih hanya mengikutinya.
Memoriku terputar lagi sekarang. Disini tempat
pertama aku berciuman dengan seorang anak perempuan. Saat itu umurku masih,
ya.. Sekitar sepuluh tahun. Dan disini juga setan-setan mulai berada di
sekitarku hingga terbawa sampai sekarang. Di kelompokku, aku dicap sebagai
penggila ciuman. Asal mereka tahu, aku tidak pernah menginginkan hal itu.
Di hadapanku terdapat air mancur yang hampir sebagian
ukiranya tertutup lumut. Pancuran ini masih berfungsi sampai sekarang. Ya lebih
tepatnya, di sanalah gadis itu mengecup bibirku. Aku hanya menyatakan cinta
padanya, tapi dia yang lebih dulu menciumku. Entahlah aku tidak perduli soal
cium mencium. Aku bosan..
Tidak mau berlama-lama disini. Aku beranjak dari
kursi ini dan melangkah beberapa langkah. Saat yang bersamaan, mataku terpaku
pada seorang yeoja yang terlihat sangat mirip dengan yeoja kemarin yang
kutemui, berjalan dengan seorang laki-laki. Aku mengumpat dari balik
semak-semak. Yeoja itu menggenggam tangan laki-laki itu.
Laki-laki itu berdiri dihadapan gadis itu, aku
melihat nya dengan jelas dari samping. "Ryeomi.." panggilnya. Eh
tunggu.. Ryeomi. Berarti penglihatanku tidak salah.
Ia melepas genggaman Ryeomi dan beralih kepundak
gadis itu. Ryeomi tersenyum lebar menatap lurus laki-laki asing itu. Laki-laki
itu menarik Ryeomi membuat jarak mereka sangat tipis. Ah.. Mataku panas melihat
yang seperti ini. Kenapa aku jadi cemburu melihat gadis itu dekat denganya.
Tangan laki-laki itu menjalar ke dagu Ryeomi dan
menciumnya. APA! Seketika hatiku sakit, sakit sekali, sulit ku ungkapkan dengan
kata-kata. Ryeomi seperti menikmati ciumannya dengan laki-laki itu. Apa
aku dengannya saat itu, seperti itu? Aku memperhatikan mereka cukup lama tapi
salah satu dari mereka tidak ada yang berhenti, malah ciuman mereka,
sepenglihatanku, semakin menjadi.
Beberapa menit kemudian, laki-laki itu melepas
ciumannya. Sekilas aku melihat pipi Ryeomi memerah. "Ryeomi.. Sara.."
"Ryeomi.." ujarku selembut mungkin
memanggil namanya. Ryeomi menoleh padaku dan memasang muka kaget. Ia kelabakan
ketika aku menangkap basah dirinya bersama laki-laki lain.
"Hyukjae.. Hmm.. aku bisa jelaskan
semuanya.."
"Apa yang harus di jelaskan?"
"Tentang ini.."
"Tidak ada waktu.."
Aku memutar badanku dan melenggang pergi dari hadapan
mereka. Aku tidak menangis, aku bukan tipikal gampang menangis karena wanita.
Hanya hatiku saja yang sakit. Secepat mungkin aku menghampiri mobil dan pergi
dari sini.
***
Aku berhenti di
depan sebuah apartemen. Aku kesal melihat dirinya dengan laki-laki itu dan
kenapa aku seperti ini. Bukankah itu lebih baik, lagipula dia bekasku. Setidaknya
dia sudah pernah merasakannya. Hatiku berkata lain, hatiku selalu berkata ini
itu yang membuatku semakin sakit. Ada apa ini sebenarnya!!
Beberapa kali aku
memukul stir ini. Sampai akhirnya kubenturkan kepalaku ke stir. Kenapa aku
seterpuruk ini, KENAPA!! Aku sungguh tidak mengerti dengan semua ini. Aku menahan
semua air mata yang hendak keluar. Aku sungguh tidak mengerti…
TUK TUK TUK
Seseorang yang ada
di luar sana mengetuk jendela mobilku, kudongakan kepalaku dan melihat siapa
yang telah mengetuk kaca ini. Donghae. Mau apa lagi dia. Kuturunkan jendela
mobilku dan berbicara padanya, “Wae?”
“Sedang apa kau
disini?”
“Sesukaku, lagipula
tumben kau peduli padaku. Biasanya tiap aku seperti ini kau tidak mau
menemuiku?”
“Kau kan sahabatku. Sekali-sekali
melihat temanku yang tiba-tiba menjadi pendiam.. Itu kan sangat aneh..”
Aku hanya mengangguk
tidak jelas padanya. Daripada aku mendengar ocehanya yang panjang lebar dan
tidak jelas itu. Seketika penciumanku yang tajam, mencium aroma tidak sedap. “Hae..
kau habis minum apa?”
Ia mengibas tanganya
di depan wajahku membuatku sedikit dongkol padanya. Sudut bibirnya terangkat
dan membentuk senyuman licik. Ah.. senyuman yang memuakan. Aku memalingkan
wajahku darinya. Tiba-tiba tanganya menjalar ke wajahku, memaksaku untuk
memandang wajahnya. Aish.. pandangan yang mengerikan.
“Jangan belaga babo
dah, Hyuk.. aku itu habis minum…”
“Iya.. iya.. iya…
aku hanya berkata iya..” celaku.
Ia membuka pintu
mobilku, menyuruhku untuk masuk kedalam. Aku mengangguk dan mematika mesin
mobil. Kami jalan beriringan ke dalam rumah.
***
Tiga
hari kemudian..
Malam ini aku pergi ke bar, tempat tongkronganku. Ya,
hanya tempat tongkrongan. Aku duduk di pojok. Kupesan dua botol besar soju pada
salah satu pelayan laki-laki. Kulihat tiga wanita berjalan menghampiriku.
"Hai.." sapa mereka. Aku sih hanya tersenyum kecut, tak perduli
dengan mereka. "Mau kami temani.." tawarnya. Aku mengangguk kecil dan
mempersilahkan mereka duduk. Soju yang kupesan akhirnya datang. Kami berempat
pun sama-sama minum. Aku cukup senang dengan kehadiran mereka, hanya untuk ku
kerjai.
Terlalu banyak minum, aku pun mabuk. Dapat kurasakan
sekujur tubuhku tersentuh oleh tangan wanita ini. "Lebih baik kalian
pergi.. Aku ingin sendiri.." ujarku langsung dengan nada yang sedikit
keras. Jujur firasatku mulai terasa. Wanita-wanita ini mulai merogoh sakuku,
aku tidak mau di kelilingi oleh orang yang haus uang. Aku hanya ingin di
temani.
"Ayo kita pergi, dasar namja pelit..!"
"Aku tidak dengar,," balasku sekenanya.
Kini diriku benar-benar mabuk. Penglihatanku sangat tidak jelas. Kusenderkan
kepalaku yang sekarang pandanganku mengarah lurus ke atas. Ingatanku kembali
muncul di benakku. Kenapa aku jadi seterpuruk ini? Saat itu hatiku seperti
remuk, hancur lebur. Padahal aku tidak seperti ini, aku menganggap biasa saja
saat mataku melihat yeoja bekas ku ciumi, mencium laki-laki lain. Sungguh untuk
yeoja yang satu ini, hatiku sangat-sangat sakit. Ya Tuhan.. Apa ini rencana
dari setan-setan yang ada di sekitarku.
Aku memukul kepalaku agar ingatan itu hilang dengan
cepat dari otakku. Seketika sofa yang kududuki terasa bergelombang, dengan
cepat aku menoleh dan mendapati dua gadis cantik tersenyum kearahku. Mataku
melihat dengan jelas, tatapan mereka seperti orang yang memohon untuk di beri
imbalan. Memangnya aku mau berbuat apa? Lagi pula aku jijik dekat-dekat dengan
orang-orang ini.
Aku menuangkan botol kaca yang sudah habis ke
gelasku. Seketika kepalaku sakit, sakit sekali, aku menundukan kepalaku sejenak
lalu mendongak. Terlihat samar dari pandanganku, yeoja yang aku kenal berdiri
di hadapanku. "Menjauh darinya.." suara gadis itu terdengar jelas di
telingaku. Semakin lama, goncangan di sofa ini semakin keras. Tak lama, keadaan
kembali normal.
"Ikut aku.."
"Tidak mau.. Pergi kau.."
"IKUT!!"
Aku di bentak oleh yeoja gila ini. Ia menarikku keluar
dari bar dan berdiri tepat di samping mobilku. Aku masih keadaan mabuk, tubuhku
di dorong ke badan mobil. "Ah.."
"Maumu apa? Gara-garamu aku seperti ini,"
"Dengarkan aku,"
"Aku tidak butuh penjelasan,"
Ia menarik kerah bajuku hingga jarak wajahku denganya
sangat dekat, mungkin tipis. "Cium aku.."
"Cih.. Aku tidak mau.. Kau telah membuatku
sakit, kau tahu tidak saat kau berciuman dengan laki-laki itu. Mataku terasa
panas, darahku mengalir cepat rasanya ingin menghajar laki-laki itu dan ingin sekali
aku menamparmu saat itu juga. Tapi semuanya aku tahan, aku tahu kau juga akan
membenciku. Aku tahu itu, dan itu pasti.." jelasku di depan wajahnya.
Pandanganku belum normal masih kabur, tapi aku melihat kelap-kelip di wajahnya
karena pantulan cahaya lampu jalan.
"Lakukan!" perintahnya. Aku memalingkan
wajahku sementara, dan memandangnya lagi.
"Kau tak lebih dari yeo.. Hmmpp" seketika
mataku membelalak dan saat itu juga kesadaranku pulih. Gadis ini mengunci
mulutku rapat-rapat dengan ciumanya. Aku mencoba melepaskan diri tapi ia
mencengkram kerah bajuku dengan kencang membuatku sulit bergerak.
Apa yang dia senyumkan? Eh tunggu, aku juga pernah
melakukan ini, bukan? Dia memperdalam ciumanya dan menariku lebih dekat.
Tanganya melingkar di pinggangku, ia melepas ciumanya dan berkata,
"Saranghae.." kata-kata itu meluncur dengan jelas dari mulutnya.
"Mianhae, membuatmu marah, sakit atau semacamnya. Jeongmal mianhae.."
lanjut perkataanya. Aku diam, tak merespon kata-katanya. "Katakan
Hyukjae.."
"Aku tidak tahu, kau sudah buatku sakit hing..
Hmmpp" dia mencium bibirku lagi. Setiap kata-kata yang kukeluarkan pasti
ia hentikan. Lalu ia lepaskan dan memandangku dengan tatapan memohon. Aku hanya
memutar bola mataku dan berkata, "Baiklah, nado saranghae.. Tapi jika ka..
Hmmpp"
Dia menciumku lagi. Gadis ini benar-benar membuatku
sedikit bergidik. Kali ini ciumanya terasa kasar dan penuh nafsu. Tangannya
menuntun tanganku ke lehernya. Setan-setan mulai menyuruhku untuk membalas
ciumanya. Ini sedikit jijik, tapi.. Ya sudahlah. Lagi pula gadis ini juga
pasrah ku apakan juga.
Aku membalas ciumanya. Dapatku rasakan nafasnya
memburu. Kubiarkan nafasnya menerpa wajahku, yang kuyakin nafas kerinduan. Aku
sangat yakin ia merindukanku. Semakin lama bibirnya semakin liar di bibirku.
Perasaan senang mulai menyelimutiku. Dendam dihatiku mulai berkurang kepadanya.
"Gomawoyo jagiya.."
Kubentuk senyuman kecil dibibirku yang mungkin juga
dapat di rasakan oleh bibir tipisnya. Tak lama kemudian ia pun tersenyum dipertengahan
kami berciuman. Aku mendorong kepalanya lebih dari dekat, membuat ciuman kami
semakin menjadi.
Kami pun menikmatinya satu sama lain.
*** FIN ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar