Senin, 03 September 2012

MYSTERY BLOODY HANEUN

MYSTERY BLOODY HANEUN





Author : asy424
Tittle : Mystery Bloody Haneun
Lenght : Part
Cast :
Kim Hye Mi (OC)
Baro (B1A4) a.k.a Cha Sunwoo
Kyuhyun (Super Junior) a.k.a Choi Kyu Nie
Gongchan (B1A4) a.k.a Gom Chi Suk
Yesung (Super Junior) a.k.a Kim Jong Woon
Cha Hye Sun (OC)
Sungmin (Super Junior) a.k.a Lee Sang Myeon
And other cast you will find
Rating : PG +18, NC -15
Genre : Romance, Mistery, Angst
Disclaimer : THIS IS JUST FICTION!! IN MY MIND!!


P.S         :  Hallo every bodiieeyyy~ ayo yang mau baca Fanfiction ku, silahkan baca... ini bukan oneshoot atau drabble *gila aja kale* ok... semua harap tenang. ini cerita g tau selesainya sampai kapan yang pastiii bakal selesai dua tahun yang akan datang *gampar bolak-balik pake pisang* XD lanjut~ saya selaku pembuat cerita ini sedikit bingung karena dua boyband dalam satu cerita.. ya mudah-mudahan nyambung sampai tamat. ini asli dari otak, hati, jantung, usus *abaikan* yaudah yah langsung ke intinya aja. tolong beri commentar untuk para pembaca... tidak juga tidak apa-apa..




========================================================================






PART 1





Dari awal aku seharusnya tidak melakukanya...



*Hyemi PoV

Hari ini matahari bersinar sangat cerah, sangat.. cerah, tapi cerahnya matahari tidak membuat wajah dan senyumanku secerah sinar matahari. Sengatan sinarnya menyengat kulitku yang tidak terlindungi kain, sinar ini menandakan matahari sangat bahagia. Tidak dengan diriku, tidak sebahagia seperti sebelumnya.

Diriku duduk di bawah pohon yang rindang bersama namjachingu ku. Choi Kyu Nie. Bukannya perasaan senang yang menyelimutiku tetapi perasaan dongkol yang dalam mengurungku dalam pertengkaran ini. Aku benci jika pertengkaran ini selalu ada. Aku tahu hal ini wajar bagi semua pasangan sepertiku. Huh..

Aku tak tahu siapa yang salah. Pikiranku masih terpaku pada hatiku, bahwa yang salah itu dia. "Sudah mengaku saja, kau kemarin bersama yeoja lain, kan?" terkaku sambil mendorong tubuhnya.


"Aku sudah mengatakan dari tadi, aku kemarin di dorm bersama Donghae Hyung,"

"Oppa Donghae bilang, kau tak bersamanya kemarin.."

"Tahu darimana kau, ponselmu saja kusita.. Sudah kau ini berlebihan, seperti anak kecil saja.."

Aku memukul lengannya keras membuatnya sedikit meringis. Kepalaku terasa ingin meledak, wajahku memerah dan... Ah aku benci!! Aku menatapnya dengan tatapan yang dia harap berkesan tajam dan menusuk.

"Jika aku anak kecil, putuskan saja..." ancamku dan sekali lagi aku memukul lenganya keras, lebih keras dari yang sebelumnya. Kali ini dia benar-benar kesakitan lalu aku bangun dan berlari meninggalkan dirinya sendiri.

***

Aku berlari memasuki rumah kecilku dengan mata yang sembab. Sepanjang jalan aku menangis tanpa bersuara. Aku tidak mau orang di sekitarku menganggapku gila karena menangis sendirian tanpa sebab. Aku mencoba menghapus sisa air mata yang ada di pelupuk mata dan pipiku dengan punggung tangan. Aku juga tidak mau menangis di depan orang yang kusayangi.

Aku membanting pintu kamarku dengan keras membuat figura di samping pintu bergeser. Kuhempaskan tubuhku lalu menarik selimut sampai membungkus tubuhku. Aku membenamkan kepalaku lalu menangis dalam diam. Tak kuasa aku menahanya. "KAU KEJAM KYU, AKU BENCI PADAMU!!!"

***

*Jongwoon PoV

Baru kali ini aku melihatnya seperti ini, apa yang terjadi. Dengan perasaan tenang aku mendorong kursi rodaku menuju kamarnya.

Aku mengetuk pintu perlahan dan membuka pintu. Yeodongsaeng? Aku mengintip dan melihatnya sedang tidur. Ah syukurlah. Tapi.. seperti ada yang menangis, apa itu Hyemi?

Aku mendorong kursiku lebih maju dan menghampirinya. "Hyemi? Kau tak apa?" tanyaku perlahan. Aku menggoyangkan tubuhnya yang kecil lalu memanggilnya lagi.

"Ah?? Kau kenapa Hyemi.." tanyaku panik

***

*Hyemi PoV

"Ah?? Kau kenapa Hyemi.."

Aku menghambur kepelukan oppaku sambil menangis. Sungguh aku sudah tidak menahannya. Ia kaget ketika melihat mataku yang membengkak. Pergelangan tanganya menjalar kepinggangku lalu memelukku.

"Oppa,," pekikku sambil memeluk erat tubuhnya yang hangat. Air mataku mengalir lebih deras membuat bajunya basah.

"Nae yeoja waeyo? Kyu?" tanyanya lembut membuat perasaanku sedikit tenang. Aku mengangguk pelan dipundaknya. Aku benar-benar tak bisa mengeluarkan kata-kata dari mulutku karena sudah terlalu lelah untuk berbicara.

"Yasudah, jangan menangis lagi.." kata-katanya menenangkan hatiku.

Dengan lembut ia mengusap kepalaku, lantas aku membuat senyuman tipis dibibirku walaupun ia tidak bisa melihatnya. "Gomawo, oppa.."

"Baru kali ini kau menangis di depan oppa mu ini.." godanya membuatku harus melepaskan pelukanya. Aku menggembungkan pipiku tanda bahwa aku sedikit kesal. Sedang seperti ini sempat-sempatnya bercanda.

"Baiklah, aku akan sering-sering menangis di depan oppa.." balasku dengan sedikit tegas.

"Ani~ oppa hanya bercanda, lagipula siapa yang mau melihat dongsaeng tercintanya menangis.. Kau kalau menangis sangat jelek,"

"Oppa bermaksud mengejekku!!" balasku lagi dengan lebih tegas dan menatap tajam ke arahnya. Ia bergidik melihat wajahku yang total (?) kesal.

Akhirnya ia memberikan cengiran seperti rasa bersalah. Secepat kilat ia mencubit pipiku membuat aku meringis. Sepertinya memerah. Ia tertawa lepas melihat pipiku yang seperti ini. "Oppaaaa~"

***



Keesokkan harinya..




*Jongwoon PoV

Suara apa itu? Aku memutar kursi rodaku menjauh dari dapur.

"Kau mau kemana Hyemi?" pekikku sambil mendorong kursi rodaku ke garasi rumah. Dari dalam rumah, aku melihat Hyemi yang terburu-buru pergi. Aku menatap jam dinding.

Masih pagi, masa iya dia berangkat kerja sepagi ini?

"A-Aku.. Aku mau kerumah Soora" ujarnya terbata-bata sambil menghidupkan skuter. Lalu melaju dengan cepat meninggalkanku sendirian.

"Hati-hati..."

***

*Hyemi PoV

Aku bergegas keluar dari kamar sebelum ketahuan oppa. Cara jalanku sengaja berjinjit supaya tidak terdengar olehnya. Ah sial!!

Decitan pintu ini begitu nyaring membuatku kalang kabut. Tanpa banyak pikir aku pun langsung membukanya dan menghambur ke skuter kecilku.

Berpapasan oppa sudah berada di ambang pintu menuju garasi , "Kau mau kemana Hyemi?" pekiknya dari dalam rumah.

Aku memutar otakku mencari alasan yang tepat untuk di beritahu. Aduh apa ya.. Ayolah pikir Hyemi.

"A-Aku.. Aku mau kerumah Hyesung" ah sial.. kenapa bilang seperti itu dasar bodoh.

Deru mesin skuter telah terdengar ditelingaku. Aku menggasnya beberapa kali lalu melaju cepat skuterku meninggalkanya sendiri di rumah. Terdengar samar dia mengucapkan 'hati-hati'.

***

Aku memacu skuter ku secepat mungkin menuju dorm untuk bertemu oppa Donghae. Aku hanya ingin menanyakan hal kemarin padanya.

Jujur, perasaanku kalut saat kedua mataku menangkap sesosok namja tinggi bergandengan dengan seorang yeoja cantik di taman kota.





FlashBack On



*Hyemi PoV

Kedua kakiku mengajaku ke suatu tempat yang sangat luas dan indah. Aku tidak sendirian tapi bersama oppaku dan oppa Hyuk. Aku tidak tahu kenapa aku membiarkan oppa Hyuk ikut bersamaku. Sempat aku suntuk dengan kehadiranya di sini.

Rencananya aku ingin mengajak oppaku, hanya berdua saja. Tapi dia malah menawarkan diri. Ahh..

Satu senggolang mendarat di lenganku. Aku menoleh mendapati senyuman gusi terpampang jelas di depan wajahku. Inginya aku tertawa melihat senyuman itu. Dia sangat lucu. "Ada apa?"

"Kita ke sana, yuk?" tawarnya sambil menujuk suatu tempat. Aku menoleh, mengikuti arah yang ditunjuknya. Mataku membulat saat melihatnya.

"Oppa, shireo? Itu arena bermain kanak-kanak. Oppa sudah tak se-"

"Aku tidak separah Ryeowook yang hampir setiap hari bermain seperti itu.." dengusannya membuatku ingin tertawa lagi. Aku mendorong tubuhnya hingga tergeser sedikit dari tempat dia berdiri.

"Hyuk, kau ini.. Benar yang dikatakan Hyemi." kekehan oppaku membuat wajahnya merah padam karena menahan malu. Ya aku tahu semua orang bisa bermain permainan itu, tapi lihat umur.

"Aku tahu tapi oppa Hyuk kan-" ucapan ku terhenti.

Sekilas mataku menangkap sesosok namja tinggi dengan rambut kecoklatan yang berantakan berjalan pelan. Tanganya tergandeng oleh tangan yang berukuran lebih kecil darinya. Yeoja itu tampak bahagia bersama namja itu. Tunggu.. Kenapa dia mirip namjachinguku. Apa mungkin..

Pergelangan tanganku tertarik oleh tangan seseorang disampingku. Aku membiarkan tubuhku terbawa oleh ajakan oppa Hyuk. Aku memutar balikan kursi roda oppaku dan berjalan menjauhi namja itu.



FlashBack Off





Semoga saja di dorm masih ada oppa Donghae. Aku tak peduli dia sedang apa, yang penting dia harus ada di dorm itu. Aku melaju skuterku lebih cepat dari sebelumnya.

Astaga.. mobil sport putih di depan ku ini lama sekali jalannya. Tak punya pilihan lain, aku pun memotong jalan.

Sial.. jarak yang ku ambil terlalu dekat, skuter ku menggores badan belakang mobil sport putih itu dan tak lama di luar dugaan ku mobil itu bergeser sedikit ke kanan membuat keseimbangan ku runtuh.

Ya.. aku dan skuterku jatuh ke aspal yang untungnya sepi. Aku mengerang kesakitan, mataku teralih pada tanganku yang penuh darah. Ah.. Lututku.

Tak lama seorang namja bertubuh tinggi tegak keluar dan seketika matanya tertuju pada goresan di badan mobilnya. Namja itu mengusap tengkuknya, mungkin dia shok atau marah karena aku mengores mobilnya.

Alisnya bertaut dan tatapan tajam langsung menusuk ke mataku yang berkaca-kaca. Aku menahan sakit di kaki ku.

Seharusnya aku tidak melakukan hal ini. Ah... sakit sekali.

Tanganku mencoba menahan darah itu. Jujur aku takut dengan darah tapi jika situasi seperti ini aku tidak tahu akan tahan atau tidak. Ah.. kenapa semakin banyak. Aku tidak tahan.

"YA!!KAU!!!"

***

*Sunwoo PoV

Suara decitan yang sangat nyaring. Aku mendengar suara itu dari luar. Sebuah skuter menyenggol mobil ku. Tanpa sadar setir ku arahkan ke kanan tepat dimana skuter yang menyenggolku berada.

BRAAKK

Oh, tidak Sunwoo.. Aku turun dari mobil dan seketika tatapanku tertuju pada badan belakang mobilku. Oh tidak, mobilku. Aduh Sunwoo.. saat situasi seperti ini jangan pikirkan mobilmu dulu, pikirkan orang yang kau buat jatuh itu. Alisku bertaut dan menatap tajam ke arahnya. Seorang gadis.

Wajahnya pucat sekali...

"YA!! KAU!!!" aku panik, harus kuapakan dia. Aduh.. Kau kenapa pingsan, sih. Lututnya terluka. Aku mengambil kain di dalam mobilku dan membalut luka itu. Lukanya cukup parah, aku akan membawanya ke rumah sakit.

Aku menggendongnya masuk ke dalam mobil lalu langkahku berhenti di pintu pengemudi dan masuk. Kulaju mobil sport putihku dengan cepat.

***

Aku duduk dekat ruang yeoja itu dirawat. Nafasku terasa tercekat jika mencium bau rumah sakit. Entah sejak kapan aku sangat membenci bau ini. Setiap aku menarik nafas dan menghembuskanya, rasanya aku ingin mati. Tidak mau mencium atau mendatangi tempat yang seperti ini.

Mencium bau ini, seakan ada hal pahit yang pernah terjadi pada kehidupanku hingga aku tidak bisa mengingatnya. Sampai saat ini perasaan itu masih ada dan akan terus ada. Jujur, aku tidak bisa mengingat hal pahit apa itu.

Sudah kucoba untuk melupakanya tapi itu semua sangat sulit. Benar-benar tidak bisa di hilangkan. Sekalinya di lupakan, hal itu akan membuat kepalaku menjadi sakit. Saat ini, aku membiarkan bau rumah sakit ini melayang-layang di udara di sekitarku.

Aku menghentakan ujung sepatuku ke lantai menimbulkan suara yang sedikit menggema disekitarku.

Perlahan decitan pintu terdengar jelas di telingaku membuat lamunanku buyar, lalu aku menoleh.

Kedua mataku menangkap sesosok laki-laki paruh baya memakai jas putih panjang berjalan keluar dari ruangan yeoja itu. Aku beranjak dari kursiku dan menghadap laki-laki itu.

"Dokter, bagaimana?" tanyaku memecahkan keheningan di sekitar kami. Dokter itu memandangku sambil tersenyum, apa yang lucu? Aku memandang lekat-lekat matanya.

"Dia baik-baik saja, hm.. Boleh saya tahu kenapa bisa seperti ini?"

"Saya juga kurang yakin, tapi gadis itu mengendarai skuternya. Tanpa saya sadari, ia menyenggol mobil saya dan terjatuh. Tak lama saat saya berada dihadapanya, tubuhnya terkulai lemas dan pingsan saat itu juga. Melihat kakinya yang terluka parah, saya membawanya kemari," ujarku sepenuhnya, sesuai yang terjadi di hadapanku. Walaupun tak sedetail mungkin.

Dokter itu mengangguk perlahan sebagai tanda mengerti. Ia memegangi bahuku dan berkata, "Sebentar lagi ia boleh pulang dan beri tahu dia jangan banyak bergerak. Takut jika lukanya tidak akan kering.. Arra?" dokter itu melenggang pergi meninggalkan ku yang masih bingung.

Aku melangkah beberapa langkah mendekati kaca besar yang melindungi gadis itu dari udara dingin di rumah sakit ini. Dari jauh aku melihat wajahnya yang masih pucat.

Tiba-tiba saja aku mengingat seseorang. Wajahnya sangat familiar di otakku. Aku seperti bertemu dengan orang ini sebelumnya. Tapi siapa.

Aku berusaha mengingatnya, memaksa untuk mengingat semuanya. Ah.. Sebelah tanganku refleks memegangi kepalaku. Kepalaku sangat sakit. Aku tak mampu berdiri tegak. Aku mundur perlahan, mencari tempat yang tadi aku duduki.

Seharusnya jangan kupaksakan.

Aku memegangi kepalaku dengan kedua tanganku. Aku menumpukan kedua siku di pahaku dan tatapanku lurus ke lantai. Pandanganku sangat kabur, tidak jelas dengan apa yang kulihat. Aku mencoba menutup mataku menghilangkan rasa sakit ini, mungkin.

"Sunwoo~"

Suara siapa itu? Aku meneggakan tubuhku perlahan. Kuedarkan pandanganku ke sekitarku. Tidak ada orang. Di lorong tempatku berada sangat sepi. Lalu yang tadi memanggilku siapa. Suaranya sangat parau dan tidak jelas, benar-benar tidak jelas. Aku hanya diam dan kembali memejamkan mataku. Mungkin itu hanya perasaanku saja.

***

*Hyemi PoV

Aku membuka mataku perlahan. Udara panas langsung menyinari wajahku, membuat aku terjaga dari tidurku. Aku mengerang kesakitan saat kaki kananku bergeser. Tubuhku terselimuti oleh kain tebal dan ukuranya lebih besar tiga kali lipat dari tubuhku. Aku mengusap kedua bola mataku dan menatap kesekeliling ruangan ini. Hah? Aku terlonjak kaget membuat kakiku menjadi lebih sakit. "Ah.." erangku sambil memegangi kaki kananku. Aku mencoba mengingat kejadian sebelumnya.

Oh ya, aku pingsan dan seorang namja berteriak padaku. Berbicara tentang namja itu, aku semakin penasaran dengannya. Apa mungkin dia yang membawaku ke ruangan yang luas ini, bisa dibilang sebagai kamar. Aku menegakan tubuh ku perlahan dan menyandarkannya di punggung ranjang.

Sekarang jam berapa? Aku mencoba mencarinya kesekeliling ruangan ini. Tidak ada, kamar macam apa ini. Aku hampir lupa, kan aku memakai jam.

"MWO!!!" pekikku. Mataku membulat mengetahui jam kesayanganku, lebih tepatnya pemberian dari oppa tercintaku, menghilang. Aku mencoba meraba-raba kedua tanganku lalu sekitar ranjang ini. Kemana jam itu?

TOK TOK TOK

Aku mendengar seseorang mengetuk pintu. Aku menoleh, mendapati sesosok namja yang berdiri tegak di ambang pintu. Penampilanya sangat bagus, Sayangnya aku tidak terpikat.

Ia menatapku datar, begitupun aku.

Hening

Aku menggelengkan kepalaku lalu kembali mencari jamku. Aku tidak peduli dengan kehadiranya.

Langkah kaki laki-laki itu mulai terdengar di telingaku membuatku berhenti meraba. Ia berhenti di samping tubuhku. Aku menoleh dan menatap matanya. "Sedang mencari apa kau?"

"Aku mencari jamku.. Apa kau melihatnya?"

"Tidak.."

Apa bisa, cara bicaramu tidak seperti ini membuatku takut saja. Aku memalingkan wajahku. "Kapan kau mau mengganti kerusakan mobilku.. Dan.. Lukamu itu?"

"Hah?" balasku, kepalaku berputar sangat cepat. Aku kaget ketika ia meminta rugi. Apa tidak ada cara lain selain menggantinya dengan uang. Aku benar-benar tidak ada uang. Sebenarnya ada, tapi aku rasa itu tidak akan cukup.

Ia memandangku tajam, membuatku sedikit bergidik. Aku diam saat tatapan tajam itu mulai mereda. Dari sudut matanya terlihat sangat jelas, seperti orang yang berfikir keras. Aku hanya memandangi matanya. "Hmm.. Mulai hari ini kau bekerja padaku untuk mengganti kerusakan mobilku,"

"MWO?! Tapi.. Tapi.."

"Tapi apa?"

"Aku sedang bekerja di sebuah cafe.. Aku akan mengantikanya dengan gajiku. Tak bisa kah kau memberikan aku sedikit waktu?"

"Baiklah aku akan memberimu waktu dua minggu.."

"Apa?  Dua minggu?" aku terkejut mendengar perkataanya. Laki-laki ini sudah gila. Dari mana aku medapatkan uang dalam waktu dua minggu. Pemberian gajiku saja akan di beri sekitar dua bulan lagi, apa aku harus mengemis untuk mendapatkan uang itu.

Ia menatap mataku lagi. Kali ini tatapanya sangat dingin seakan tidak peduli dengan keadaanku yang seperti ini. Sebenarnya apa yang ia pikirkan. "Diam berarti iya.."

Hah! Ia melenggang pergi ketika tiga kata keluar dari mulutnya. Sebisa mungkin aku turun dan menghampiri dia. Kakiku sangat sakit sekarang, aku menahan air mataku yang hendak keluar. Sungguh sakit. Kedua kakiku menginjak lantai dingin ini, berusaha menyeimbangkan berat tubuhku. Berjalan dengan sangat pelan. Benar-benar sakit. Aku tidak bisa menahan keseimbangan

"Ahh.."

***

*Sunwoo PoV

Aku melangkahkan kakiku menjauh dari tempat tidur. Aku merasa dia mengejarku karena ucapanku yang tidak adil. Aku sengaja, supaya dia tau kalau hal yang dia lakukan itu salah. Oh iya, aku lupa dengan kakinya yang terluka. Itu pasti sulit untuk ia berjalan.

"Ahh.."

Sudah kutebak dari awal.. Matanya terpejam saat kedua tanganku menangkap tubuh kecilnya yang hampir jatuh. Perlahan kedua matanya terbuka, aku diam terpaku saat matanya menatap mataku dengan sayu. Aku menatap lekat-lekat matanya, seakan aku pernah melihat bola mata yang seperti ini. Bola mata yang sangat sempurna untukku.





Flashback On



*Author PoV

Seorang anak laki-laki berjalan dengan menggendong tas yang berukuran sedang di punggungnya. Ia memakukan pandanganya pada seorang gadis kecil, duduk di taman kecil dengan satu buah buku yang membentang di pangkuannya. Gadis kecil itu sangat cantik dengan rambut tergerai. Ia mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah anak laki-laki tadi. Senyuman kecil ia lemparkan pada anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu duduk di samping gadis kecil dan membalas senyumanya. Gadis kecil itu kembali memfokuskan pandanganya pada buku tadi.

"Hyemi.." panggil anak laki-laki itu dengan lembut. Sementara itu, gadis kecil yang di panggil sebagai Hyemi itu menoleh kembali kepada anak laki-laki itu.

Matamu sangat sempurna. Batinya.

Gadis kecil itu menatap lekat-lekat, seakan memintanya untuk melanjutkan panggilannya. “Sedang apa kamu disini..”

Gadis kecil tersenyum malu dengan pertanyaan kecil anak laki-laki tadi. Gadis kecil itu mengalihkan pandanganya pada buku itu lalu menutup bukunya dengan pelan dan kembali memandang anak laki-laki tadi. "Aku? Hmm.. Aku sedang menunggumu," kata gadis kecil itu dengan lembut.

"Hah? Maksudku, apa kamu mau pulang.. Bersamaku?" tawarnya dengan malu-malu. Gadis kecil itu memandang dirinya dengan mata seperti tak percaya tapi tetap lembut -pikirnya. "Jangan menatapku seperti itu.. Aku jadi malu.." gadis kecil itu terkekeh mendengar pengakuan yang di lontarkan olehnya.

Setelah berhenti tertawa, ia berkata, "Kajja.."  balas gadis kecil itu sambil tersenyum.

Sejenak mereka saling beradu pandang. Tak berapa lama anak laki-laki itu turun dari bangku, di ikuti oleh gadis kecil itu. Akhirnya mereka berjalan, menjauh dari bangku itu.





Flashback Off



Jarak antara wajahku dan wajahnya sangat dekat. Nafasnya yang tak beraturan menyapu wajahku. Ia menatapku dengan penuh makna, seakan ada yang ia pikirkan.

Tanpa sadar genggamanku semakin kencang membuatnya meringis. Aku menggelengkan kepalaku dan membangunkannya. Aku berputar, berjalan menjauh dari tempat gadis itu berdiri. Tiba-tiba saja kepala ku sangat sakit. Kedua tanganku memegangi kepala ku dengan cepat, sangat sakit.

"Kau kenapa?" tanyanya dengan hati-hati. Aku menggelengkan kepalaku lalu berjalan melewatinya.

Sebelum aku menutup pintu kamar ini, aku berkata, "Kau mau pulang sekarang. Pulanglah.. Ingat waktumu hanya dua minggu!"

Sekali lagi aku mengingatkan dirinya, takutnya dia lupa. Aku tidak peduli dia akan mendengarkanku atau tidak, jika sudah dua minggu aku akan menagihnya.

***

Aku memarkirkan mobil sportku di basement sebuah apartemen yang besar. Aku belum ingin turun dari mobil. Aku termenung mengingat hal tadi. Untuk apa membantunya bangun. Dan tatapan itu. Aku seperti pernah melihat tatapan seperti itu tapi kapan.

Sampai saat ini kepalaku masih sakit. Sebelah tanganku memegang kepalaku yang kini terasa berat. Ah.. Sebenarnya apa ini. Kenapa kepalaku sering sakit. Ya Tuhan..

Aku membenturkan kepalaku ke stir mobil. Kejadian apa yang membuat kepalaku seperti ini.

Tanpa terasa suatu benda telah bergetar di saku celanaku. Aku merogoh saku celanaku lalu aku melihat sebuah nama yang tertera di ponselku. Gom Chi Suk.

"Yeoboseo.. Wae?"

"Hyung ada di mana? Aku ingin mengajak hyung jalan-jalan. Bisakan?"

"Bisa. Aku ada di basement.."

"Baiklah, aku akan ke sana. Tunggu sebentar.."

"Hmm.."

Aku memutuskan hubungan dan kembali pada posisiku. Kusempatkan memejamkan mataku, mungkin dengan cara ini rasa sakit kepalaku berkurang. Aku tidak sepenuhnya tidur, hanya memejamkan mataku.


Menunggu




Menunggu


Aku membuka mataku sambil menegakkan badanku lalu menyender pada kursi. Sudah tiga puluh menit aku menunggunya tapi belum muncul-muncul juga. Aku mengeluarkan ponselku. Membaca email yang sedari tadi belum aku buka.

Aku masih menyimpan email yang dulu, sampai sekarang aku belum membacanya. Aku sangat malas membukanya, paling email dari teman dan orang terdekat.

Email demi email aku baca satu per satu.

03.55 KST, 2018 April 30

To : Sunwoo

Bagaimana rasanya hidup seperti sekarang. Senang, sedih, marah.. Atau ingin mati.. Haha. Aku sangat senang jika kau mati. Ah.. Baiklah langsung ke intinya saja. Suatu saat kau ingin mati katakan padaku.. Dengan senang hati aku siap membunuhmu.. Eottokeh?

Aku anggap sebagai jawaban iya.. Baiklah, aku akan sering-sering mengirimi email untukmu..

Email ini mambuatku bergidik, bukan karena isinya tapi setiap kata-katanya itu yang membuatku merinding. Ya.. Email ini bukan pertama kalinya aku mendapatkanya. Aku sering mendapatkan email yang berhubungan dengan hidupku, contohnya yang seperti ini. Email yang kuterima ini selalu tidak ada namanya. Bukankah itu sangat mencurigakan dan.. Aneh?

Sempat aku memikirkan email ini hingga aku masuk rumah sakit, setidaknya itu yang pernah di katakan hyungku.

Ia selalu membanting ponselku jika ia melihatku memikirkan hal tidak penting ini -menurutnya. Tapi yang lebih aku herankan, hyungku ini selalu menggantikanya dengan yang baru. Mungkin jika di hitung-hitung, ponsel yang saat ini aku genggam sudah ponsel yang ke tujuh. Aku benar-benar penasaran dengan si pengirim email ini. Lalu apa maksud kata-kata dari email itu.

TUK TUK

Suara ketukan dari kaca membuyarkan lamunanku. Sesorang telah masuk ke dalam mobilku dengan memasang senyum manis padaku. Ia menatapku dengan tatapan yang tidak biasa. Tatapan yang sangat imut seakan memohon maaf.

Aku hanya bisa memutar kedua bola mataku, pasrah akan tatapanya. Aku menyalakan mobil lalu menjalankannya.

***

*Jongwoon PoV

"Ah~ Hyung tidak usah repot-repot.. Aku hanya sebentar disini,"
"Iya,, benar hyung.."

Aku mendorong kursiku dengan satu nampan berisi tiga gelas jus jeruk di pangkuanku. Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum. "Anggap saja ini sebagai pembukaan.." ujarku sekenanya.

Mereka memandang satu sama lain. Mungkin heran dengan tingkahku yang sedikit berbeda kepada mereka.

Dimata mereka, aku ini sosok yang sangat dingin dan sulit untuk di ajak berteman. Aku berusaha menghilangkan sifat jelek itu karena permintaan adikku dan teman terbaikku. Sayangnya, aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Dia temanku satu-satunya yang mau berteman baik dengan aku.

Aku masih memikirkan dirinya yang tiba-tiba saja menghilang dari kehidupanku. Di benakku, aku selalu bertanya, mengapa dia menghilang, apa aku punya salah padanya hingga ia tak mau menemuiku. Aku juga mengingat ketika ia baik padaku dan selalu menasehatiku. Walaupun ia kecil dariku tapi ia bisa mengajariku hal yang positif. Terakhir aku bertemu denganya saat umurnya enam belas tahun.

Aku berjanji padanya untuk memberikan kado yang sangat ia sukai saat umurnya tujuh belas. Aku juga telah memberi tahunya untuk menemuiku di pondok waktu aku dan ia selalu bertemu. Tiap jam, menit, dan detik aku menunggunya tapi ia tak kunjung datang. Sampai matahari terbenam pun ia juga tidak datang. Aku akan meminta maaf padanya jika aku punya salah. Tapi itu hanya sia-sia saja.

Aku meletakkan nampan itu diatas meja dan membagikanya. Mereka membalasnya dengan anggukan kecil. "Ini untukmu, Kyu. Dan ini untukmu Hyuk.."

"Oppa aku pul-"

"Eh, sudah pulang?" tanyaku pada Hyemi yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Eh tunggu, kenapa jalanya seperti itu. "Kakimu kenapa, Hyemi?" aku memutar kursi rodaku lalu menghampiri.

"Hyemi tunggu.."

"Untuk apa orang itu kesini!" tanyanya dengan nada sinis dan... tegas. Aku memberhentikan kursi rodaku tak jauh dari Hyemi berdiri. Aku menatap matanya yang menatap seseorang yang duduk di sofa ruang tengah. Tatapan yang menusuk dan menakutkan.

Aku memutar kepalaku mengikuti pandangan Hyemi. Aku melihat tatapan laki-laki -Kyu- itu dengan sangat dingin. Aku mendengar langkah kaki Hyemi yang mulai berjalan. Pandanganku kembali teralih padanya.

Secepat mungkin aku mendorong kursi rodaku. Aku meraih lenganya. "Lepaskan oppa.."

"Kau ini kenapa, hah?"

Ia melepas genggamanku dengan kasar. Aku menatap punggungnya pasrah. "Hyemi.."














*To Be Continued*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar